Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar yaitu model Two Stay
Two Stray (TSTS). Model TSTS adalah model pembelajaran dua tinggal dan dua
tamu yang dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992 (Kagan & Kagan,
2007). Model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
membagi hasil dan informasi kepada anggota kelompok lain lebih intensif.
Adapun sintaks pelaksanaan model TSTS secara rinci sebagai berikut.
1)
Guru membagi peserta didik dalam beberapa kelompok yang setiap kelompoknya
terdiri atas empat peserta didik. Kelompok yang dibentuk merupakan kelompok
heterogen dengan tujuan untuk memberikan untuk saling membelajarkan (Peer
Tutoring) dan saling mendukung.
2)
Guru memberikan sub pokok bahasan pada tiap-tiap kelompok untuk dibahas
bersama-sama dengan anggota kelompoknya masing-masing.
3)
Peserta didik bekerjasama dalam kelompok beranggotakan empat orang. Hal ini
bertujuan untuk memberikan kesempatan untuk dapat terlibat secara aktif dalam
proses berpikir.
4)
Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan
kelompoknya untuk bertamu ke kelompok lain.
5)
Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan
informasi mereka ke tamu mereka.
6)
Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan
temuan mereka dari kelompok lain.
7)
Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.
8)
Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka.
Sumber: (Lie
dalam Yusritawati, 2009:14).
Penerapan model pembelajaran TSTS ini memiliki beberapa keunggulan, antara
lain kecenderungan belajar lebih bermakna, berorientasi pada keaktifan,
membantu dalam meningkatkan minat dan hasil belajar (Lie dalam Yogaswara,
2012:2). Berdasarkan hasil penelitan Ismawati dan Hindarto (2011:38-41), bahwa
model TSTS terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal tersebut
diperkuat oleh hasil penelitian Rediarta, dkk. (2014:1-11), bahwa hasil belajar
dengan penerapan model TSTS termasuk dalam kategori sangat baik. Oleh karena
itu, dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran ini dapat
membawa implikasi terhadap meningkatnya hasil belajar siswa.
Sebuah pengembangan model pembelajaran TSTS ini sangat diperlukan guna
untuk menyesuaikan dan keberagaman kondisi setipa sekolah. Semisal, jumlah
peserta didik. Guru bisa mengadaptasi dengan nama Two Stay Three Stray. Model pembelajaran ini juga sangat
mengasyikan bagi peserta didik ketika diimplementasikan di luar kelas, khusunya
pada tahapan bertamu atau saling mengunjungi. Guru Zaman Now wajib mencoba. (Wahyu
Purwanto)
Daftar Rujukan:
Kagan, S., & Kagan, M. 2007. Cooperative Learning. San Clemente:
Kagan Publishing.
Ismawati, N. & Hindarto, N.
2011. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan Struktural Two Stay Two Stray untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA. Jurnal
Pendidikan Fisika Indonesia, (7): 38-41.
Rediarta, I.W., dkk. 2014.
Pengaruh Model Kooperatif Two Stay Two
Stray terhadap Hasil Belajar IPA. Jurnal
Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, 2 (1): 1-11.
Yogaswara, B.
2012. Penerapan Model Pembelajaran Two
Stay Two Stray (TSTS) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas X-1
SMA Nzegeri 1 Purwosari Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer Semester Genap
2011/2012. Skripsi Universitas Negeri Malang. (Online),
(http://jurnalonline.um.ac.id/data/artikel/artikel9DB8A2AD8497F61E2C5AC110690968AB.pdf),
diakses tanggal 1 Februari 2017.
Yusritawati.
2009. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two
Stray terhadap Kemampuan Representasi Matematika Siswa SMP. (Online), (http://furahasekai.wordpress.com/2011/09/07/pembelajarankooperatif-tipe-two-stay-two-stray/),
diakses pada tanggal 1 Juli 2017.